Jarwo dhosok dan pepatah merupakan pangendikan sesepuh dan leluhur yang memiliki makna sebagai pedoman kehidupan yang berbudi. Misalnya seperti melalui tembang macapat leluhur dan sesepuh mengajarkan anak cucunya mengenai alur kehidupan sejak lahir atau mijil, megatruh (pegat-ruh) hingga pucung (mati).
Jarwo dhosok merupakan kata sederhana yang memiliki makna tertentu, misalnya : sega (maseking raga), ngumbe (ngungkum lambe), garwa (sigaraning nyawa) dan lainnya. Hal tersebut merupakan sebuah contoh agar manusia hidup dengan cara yang berbudi agar dapat berjalan sesuai tuntunan kehidupan.
Leluhur juga mengajarkan tuntunan kehidupan akhlak yang berbudi melalui filosofi dan pepatah. Misalnya tentang filosofi "drijine manungso lima", tentang manusia itu hidup berdampingan dalam semua status sosial. Begitu pula melalui jari manusia, leluhur mengajarkan alur kehidupan. Kelingking adalah kelahiran, jari manis adalah masa muda mencari jati diri, jari tengah adalah puncak pengalaman, jari telunjuk adalah pertimbangan kebaikan dan keburukan, jari jempol adalah
kebijaksanaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar